watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TAKDIR YANG BERULANG

Untuk kesekian kalinya Sinta terlentang di tempat
tidur sambil berpura-pura merasakan orgasme.
Suaminya Ponimin berbaring di samping nya
terengah-engah karena kelelahan, sambil
menyeringai puas seperti orang idiot.
Meskipun hanya lima tahun perbedaan usia
antara Sinta dan Ponimin, namun bayak orang
yang menganggap mereka terlihat seperti bapak
dan anak daripada sebagai suami istri. Sinta
adalah seorang perempuan langsing mungil
yang diberkati dengan payudara ukuran DD. Dia
rajin merawat tubuhnya sehingga tampak jauh
lebih muda dari tiga puluh dua tahun.
Namun hal yang sama tidak dapat dikatakan
tentang suaminya. Ponimin tingginya hanya
mencapai dagu Sinta. Dia juga seorang pria
gemuk dengan rambut yang mulai menipis.
Kejantanannya yang berada diantara perut
gendut dan paha glambirnya hampir saja tidak
terlihat. Jelas bahwa Sinta hanya menikah karena
uang.
Tapi Sinta jelas bukan istri setia dan berbakti. Dia
pernah berselingkuh selama pernikahannya
dengan si burung emprit. Mulai dari anak
tetangganya dan menyebar ke office boy dan
beberapa pria di kantornya. Tapi mereka semua
telah mengakhirinya sendiri . Tak satu pun dari
mereka memiliki nyali untuk melanjutkan
bercinta dengan istri orang lain. Sinta merasa
ditakdirkan untuk menghabiskan hidupnya tanpa
kepuasan seksual.
Seperti biasa, malam itu segera setelah bercinta
Ponimin mendengkur keras, sehingga Sinta
diam-diam keluar dari tempat tidur dan menuju
kamar mandi untuk bermasturbasi, berharap
untuk memberikan dirinya kepuasan yang tidak
bisa didapatkan dari suaminya. Tapi saat ia
membuka pintu ke kamar mandi, dia terkejut
melihat apa yang terjadi di dalam kamar mandi.
Anwar, anak semata wayangnya yang telah
beranjak remaja, sedang duduk di kursi toilet,
dengan celana yang telah melorot di atas lantai,
seang asyik membelai sosisnya yang be ukuran
besar. Anwar memandang langsung ke
arahnya, tahu dia ada di sana, tapi terus
membelai pula. Lengannya dipompa lebih cepat
dan lebih cepat hinga muncratlah lendir yang
membentuk tali yang tebal, membasahi seluruh
lantai.
Melihat kejadian itu Sinta merasakan vaginanya
menjadi becek dan mulai membasahi celana
dalamnya. Selangkangannya terasa gatal dan ia
dipenuhi dengan nafsu yang sangat kuat yang
belum pernah dirasakannya selama ini. Dia
menatap penis yang ada di depannya, yang
ukurannya tidak hanya akan mempermalukan
milik suaminya tetapi juga penis dari seluruh laki-
laki yang pernah tidur dengannya. Dan itu ada
pada anaknya sendiri! Akan bertambah sebesar
apa jika dia semakin dewasa kelak? Hanya
dengan berpikir tentang hal itu membuat Sinta
mendapatkan orgasme kecil.
Jantung Sinta berhenti berdetak saat ia
menyadari bahwa ia telah menatap penis
anaknya sendiri selama hampir satu menit.
Wajahnya panas, ia bergegas kembali ke
kamarnya tanpa berkata-kata, mengetahui dia
akan menghabiskan malam horny dan tidak
puas, tersiksa oleh mimpi bercinta dengan
anaknya sendiri.
XXX
Anwar tersenyum dalam kepuasan ketika ia
melihat ibunya bergegas kembali ke kamarnya.
Tahap pertama dari rencananya telah berhasil
tanpa hambatan. Ia tahu rutinitas orangtuanya.
Pada pukul sepuluh, ayahnya akan mulai
bercinta. Tidak sampai dua menit kemudian, dia
akan selesai dan tertidur lelap. Ibunya akan
datang ke kamar mandi untuk masturbasi. Jadi
dia sudah menunggu di kamar mandi dengan
lampu yang dipadamkan, meremas-remas
penisnya, dan menunggu ibunya masuk
kedalam kamar mandi. Keberuntungan baginya
karena ibunya datang ketika dia melakukannya,
tepat di depannya.
Tahap dua akan dilaksanakan tidak lama lagi.
Besok Ayahnya akan berangkat dalam perjalanan
bisnis ke Eropa, yang memberi Anwar dua
minggu sendirian dengan ibunya untuk
memberikan apa yang dia benar-benar
butuhkan, pria sejati dengan penis keras.
XXX
Sinta pulang dari bandara setelah mengantar
suaminya pergi. Tak pernah terlintas dalam
pikirannya apa yang akan dilakukannya dalam
dua minggu kedepan sendirian dirumah dengan
anaknya. Mereka masih belum saling bicara
tentang malam kemarin. Sejak kejadian itu, ia
merasa bersalah karena setiap melakukan
masturbasi selalu berkhayal tentang anaknya.
Namun rasa bersalah itu segera memudar.
Lagipula, sekadar khayalan bukanlah masalah
asalkan tetap hanya sebagai khayalan belaka,
bukan?
Sinta berhenti di depan rumahnya, menarik
napas panjang, dan enggan masuk ke
rumahnya. "Anwar?" dia memanggil. "Mamah
pulang."
"Mamah?" Suara Anwar datang dari lantai atas.
"Mah, tolongin Anwar sebentar dong?"
"Oh Tuhan," pikirnya. "Kamu lagi ngapain Nak?"
Sahutnya sambil berjalan menaiki tangga ke
lantai atas.
"Anwar di kamar mandi," kata Anwar.
Mengambil napas dalam-dalam, Sinta
mendorong pintu ke kamar mandi. Ada Anwar,
basah sehabis mandi, berdiri telanjang. Apa
yang dilihat Sinta membuat gairahnya bangkit.
"Mah, tolong ambilkan handuk dong?" Pinta
Anaknya. Tanpa berkata-kata, Sinta menarik
handuk dari rak dan memberikan kepadanya.
"Mah, sekalian aja keringkan badan Anwar pake
handuk kayak dulu waktu Anwar masih kecil?"
Seolah-olah terhipnotis, Sinta melakukan apa
yang diperintahkan. Dia berlutut di depannya
seperti seorang pemuja dan menyeka kakinya,
menarik handuk ke arah selangkangannya.
Matanya tak pernah meninggalkan kemaluannya,
yang perlahan mulai membesar.
Tanpa membuang kesempatan Anwar
menggeser pinggulnya sehingga penisnya
terdorong ke wajah Sinta dan meninggalkan
bercak lendir di pipinya, tepat di sudut mulutnya.
Perlahan-lahan Anwar mulai menggesek
penisnya ke pipi ibunya. Tanpa sadar, Sinta
mulai membuka mulutnya. Anwar siap untuk
mendorong sosisnya ke dalam mulut ibunya.
Tiba-tiba Sinta terhenyak. "Tidak! Kita tidak
boleh!" katanya terengah-engah.
"Mengapa tidak?" Tanya Anwar sambil
menyeringai. Ibunya masih belum mengalihkan
matanya dari kemaluannya.
"Ini salah! Dan bagaimana jika mamah nanti
hamil?" protes Sinta langsung dipotong oleh
anaknya dengan menghujam penisnya ke dalam
mulut ibunya. SInta hampir tersedak tapi segera
santai saat ia sekali lagi merasakan penis yang
sudah mengeras di dalam mulutnya. Dia ingin
melepaskan diri, tapi batin pelacurnya, wanita
yang menghianati suaminya, mengatakan untuk
tidak dilepas. Sinta yang sudah hampir putus asa
mendambakan penis sejati, kini tidak peduli jika
itu putranya sendiri. Sinta mulai bereaksi
terhadap penis anaknya.
"Aah, nah gitu dong mah," kata Anwar
merasakan kepala ibunya mulai naik-turun pada
poros nya. "Hisap terus, mah" Ketika Sinta
merasakan cairan anaknya mulai menetes
menggelitik ke tenggorokannya, blowjob nya
menjadi lebih cepat. Sesekali dia membuka
mulutnya dan mulai memainkan lidahnya dari
atas ke bawah menjilati batang penis anaknya
sebelum membungkus bibirnya kembali sekitar
itu.
"Wah, mamah bener-bener menikmati punya
Anwar ya?" kata Anwar. Sinta menjawab sambil
mengulum penis anaknya sehingga terdengar
tidak jelas oleh Anwar.
"Ngomong apaan sih , mah?," kata Anwar saat ia
tiba-tiba menarik kemaluannya keluar dari mulut
ibunya. Sinta, kehilangan apa yang ia inginkan
begitu lama, mencoba untuk memasukan penis
anaknya kembali ke dalam mulutnya tetapi
Anwar justru menarik menjauhinya.
"Katakan betapa Mamah menginginkannya,"
perintah Anwar. "Katakan betapa Mamah
mencintai penisku. Mamah harus memohon
kepada Anwar untuk bercinta atau Anwar
berhenti sekarang.."
Sinta mulai terisak sebelum dia mulai menangis
dalam penghinaan. "YA Mamah butuh kamu,
sayang! Mamah ingin kamu menyetubuhi
mamah! Mamah ingin merasakan penis besarmu
dan semburan spermamu di dalam vagina
mamah! Oh Tuhan, aku begitu lemah aku seperti
pelacur.!!" Dia membenamkan wajahnya di
kedua tangannya dan menangis bebas.
"Anwar sangat mencintai Mamah," kata Anwar.
Sinta terhuyung kedepan bertumpu pada
lututnya, seperti pecandu membutuhkan obat.
Dia seorang pecandu ... untuk anaknya. Baru
sekali ia merasakan cairan pra-ejakulasi anaknya
dan ia langsung terpikat. Dia yakin bahwa tidak
ada seorangpun akan pernah memuaskan
dirinya lagi selain anaknya.
"Berbaringlah , Mah," perintah Anwar. " Anwar
akan bercinta dengan mamah. Itu yang mamah
inginkan bukan?"
Sinta berbaring di lantai kamar mandi,
melepaskan celana dalamnya dan menaikkan
roknya. "YA, Lakukanlah, nak! Bawa aku
sekarang, sayang ... anakku!" teriaknya.
Anwar tersenyum serta menginginkannya.
Ibunya sekarang miliknya. Namun Anwar sekali
lagi mencoba untuk menggodanya, ia bertanya
polos, "Tapi bagaimana dengan Papah?"
"Persetan dia!" jeritnya. "Dia pecundang yang
tidak berharga yang tidak bisa menyenangkan
mamah! Mamah sekarang menjadi milikmu.
Tubuh ini milikmu, sayang!"
Tidak lagi mampu mengendalikan dirinya Anwar
langsung menindih ibunya yang masih
merengek dan mendorong penisnya yang
sudah tegang ke dalam vagina ibunya. Meskipun
Sinta sudah sering selingkuh dengan banyak pria
lain, tetapi vaginanya masih tembem dan rapet
seperti empot ayam.
Baru beberapa tusukan keras, Sinta sudah
mendekati orgasme pertamanya. Sodokannya
semakin cepat, membuat payudaranya yang
tidak memakai bra dibalik bajunya ikut
bergincang. "Oh ... oh ... OHHHH!" dia tersentak
saat mencapai klimaks. "Anwar, sayaaang,
OHHH !"
"Papah pasti tidak pernah memuaskan mamah
seperti ini, bukan?"
"Ti-tidak!"
"Anwar sayang Mamah!" kata Anwar. "Anwar
ingin bercinta dengan mamah selamanya dan
memliki keluarga denganmu, sayang!"
Karena nafsu gilanya, ide menikahi anaknya
sendiri membuat Sinta kembali bergairah.
"Lupakan papahmu. Mulai sekarang dia bukan
suamiku lagi!" kata Sinta. " Mamah tak peduli
Sekarang kamu suamiku! Si cacing kecil itu tidak
akan pernah memiliki tempat dalam vaginaku
lagi!" Kata-kata yang terlontar dari mulut ibunya
itu membuat gairah Anwar semakin memuncak.
"Oh Tuhan, nikmatnyaaa....aaahhhhhh...!"
Dengan satu dorongan kuat terakhir, Anwar
melepaskan semprotan cairan spermanya
dengan deras sekali. Benihnya membanjiri jauh
ke dalam rahim ibunya. Pada saat yang sama
Sinta juga merasakan orgasme, untuk yang
keempat kalinya. Dia menjerit dan menggeliat
dalam kenikmatan.
“ Terimakasih, sayang.” Kata Sinta. “Mamah puas
banget. Mama akan menghabiskan sisa bulan ini
sebagai budak cintamu dan nanti setelah
papahmu pulang dari Eropa mamah tidak ingin
hubungan kita berhenti.” lanjut Sinta sambil
memeluk anak/kekasih barunya. Mereka saling
berciuman lalu tidur bersama, menghabiskan
malam pertama mereka di lantai kamar mandi.
XXX
Sejak itu, selama suami SInta masih di eropa,
pasangan Ibu dan anak tersebut hampir setiap
saat melakukan sex disetiap bagian rumah. Tidak
hanya di kamar tidur saja tetapi mereka juga
melakukannya di ruang tamu, dapur, bahkan di
serambi halaman belakang. Karena seringnya
melakukan sex mereka jadi malas untuk
memakai pakaian kembalai sehingga mereka
lebih sering telanjang bulat selama di dalam
rumah. Ketika mereka lelah melakukan sex,
mereka istirahat sebentar, entah nonton TV,
makan bersama di meja makan, atau sekedar
baca majalah semuanya dilakukan mereka dalam
keadaaan bugil. Seletah istirahat mereka kembali
bercinta dengan ganas. Seluruh ruangan di
dalam rumah kini beraroma sex karena banyak
cairan sperma yang berceceran di lantai, karpet,
sofa, dan meja. Aktifitas yang mereka lakukan
akhirnya membuahkan hasil. Sinta positif hamil.
Awalnya mereka terkejut, namun pada akhirnya
mereka senang dan memutuskan untuk tidak
menggugurkan kandungan.
XXX
Siang itu Ponimin tampak keluar dari taksi dan
dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam rumah.
Selama di luar negeri hasrat sexsualnya
meningkat melihat wanita-wanita bule disana.
Kini hasrat itu akan segera ia lepaskan bersama
istri tercinta. Ia sudah kagen dan tidak sabar ingin
bercinta dengannya dan waktunya juga pas
karena Anwar pasti belum pulang sekolah, jadi
mereka akan sendirian.
Melangkah di dalam pintu, ia mengendus aroma
aneh. Tapi karena nafsu sedang memenuhi
pikirannya, ia tidak memperdulikannya. "Sayang,
papah pulang. "
"Sebentar pah, papah tunggu dulu aja di dapur
ya. Mamah punya kejutan untuk papah," sahut
Sinta dari lantai atas, sambil cekikikan.
"Wah, asyik kejutan dari istriku," kata Ponimin
dalam hati. Ia bergegas ke dapur (yang juga
punya bau aneh) dan duduk di meja.
Dia mendengar Sinta menuruni tangga. Sebelum
memasuki dapur, istrinya bertanya, "Papah udah
siap dengan kejutan dari mamah?"
"Apaan sih Mah, cepetan dong!" Ponimin berkata
keras, tidak dapat menunggu lebih lama lagi.
Sinta melangkah perlahan-lahan ke dalam
ruangan, mengenakan bra berenda hitam yang
dia beli untuk kesempatan khusus. Ini adalah
pertama kalinya dia mengenakan baju itu.
Kulitnya juga dipercantik dengan semacam
cairan pelumas. Itu adalah pemandangan paling
seksi yang pernah dilihat oleh Ponimin.
"Tunggu sebentar," pikir Ponimin. "bukankah itu
air ... '
Itu adalah air mani. BANYAK air mani! Diseluruh
tubuh istrinya, menutupi wajah, payudara,
perut, dan selangkangan. Apakah yang telah
terjadi?
Pertanyaan-pertanyaannya terjawab ketika
putranya, telanjang, mengikutinya ke dalam
ruangan. Anwar mendekap tubuh Sinta dari
belakang dan mulai membelai payudaranya
yang berukuran melon. Dengan senyum sadis,
Sinta melemparkan sesuatu ke meja. Ini adalah
tes kehamilan positif.
Mulut Ponimin ternganga pindah tanpa keluar
kata-kata. Sinta menjawab pertanyaan yang tak
terucapkan itu. "Ya, mamah hamil!"
Ponimin akhirnya bersuara. "Anak itu ... itu
bukan milikku, bukan?"
"Tentu saja tidak, pah!" Anwar tertawa.
"Anwar, kamu,....kamu bajingan!" ia tergagap.
"Maaf, pah tapi Mamah adalah istri Anwar
sekarang," kata Anwar. "Dia tidak mau lagi jadi
istri papah, benar kan mah?."
"Ya, aku tidak menginginkanmu lagi, cacing
kecil," kata Sinta, senang akhirnya menggunakan
nama itu keras-keras.
"Tidak! Ini tidak bisa ... tidak mungkin! tidak!"
Ponimin mengoceh banyak kata penolakan
kepada istri yang tidak setia dan anak durhaka.
Anwar takjub melihat bagaimana segala
rencananya berjalan lancar. Ponimin telah
kehilangan pikirannya dan merekalah
penyebabnya! Hal ini membuat gairah Anwar
naik.
Sinta menggenggam penis putranya. "Kau lihat
ini?" dia berkata kepada suaminya. Masih shock,
Ponimin hanya mengangguk. "Ini baru yang
namanya penis. Dan kami akan menunjukkan
kepadamu bagaimana cara menggunakannya!."
Sinta meraih ujung meja dapur dan
membungkuk, menunjukkan bahwa pantatnya
juga ditutupi dengan dengan bekas cairan
sperma. "Bawa aku sekarang, sayang...... di
depan suamiku!" Sinta memohon kepada
anaknya. "Mari kita tunjukkan padanya apa cinta
sejati itu!"
"Oh! Dengan senang hati, mah. Mari kita
tunjukan kepadanya bagaimana perempuan
cantik dan seksi seperti mamah pantas dicintai
dan dinikmati..!" Sahut Anwar sambil tangannya
bergerilya ke seluruh tubuh ibunya dan
permainan sex pun dimulai.
Di saat terengah-engah kenikmatan, Sinta
menoleh pada suaminya dan berkata, "Aku
tidak ... eh ... akan menjadi ... eh...oh Tuhan ...
istrimu lagi, Ponimin . Sekarang aku milik
seorang pria yang memang layak untuk
menikmati diriku. Putra kami! " dia tertawa.
"Ya....Terus, tusuk-tusukin punyamu ke lubang
mamah! Jangan berhenti, sayang,,,,,! Enjot terus
ibumu yang sedang hamil!"
"Mamah tidak akan pernah membolehkan cacing
kecilnya papah masuk ke dalam lobang mamah
yang inda ini kan?"
"Tidak, Anwar. Ohhh Saya hanya milikmu,
kekasihku!Ohhh.. Sayang, mamah hampir ..."
"Sama, Mah. Anwar juga hampir keluar...Ahhh."
Anwar keluarin di dalam ya, Mah! "
"Jangan, sayang. Tunjukan kepada papahmu
seperti apa semprotan air mani dari laki-laki
sejati"
"YEAH!" Anwar segera menarik keluar penisnya
dari lubang ibunya. Sinta berbalik dan
menggenggam batang kemaluannya yang
keras, mengocok-nocoknya hingga mucratlah
segalon air mani. Semprotan air mani tersebut
menembak ke udara, lalu jatuh kelantai dengan
percikan keras. Anwar kemudian kembali
memasukan batang kemaluannya yang masih
keras ke lubang vagina ibunya untuk membuat
Sinta orgasme ke sebelas kalinya di hari itu.
Ponimin kembali shock saat melihat kuatnya
semprotan air mani anaknya ke udara. Rasa sakit
yang tiba-tiba menusuk sisi kiri dadanya. Sambil
memegang dadanya yang sakit, tubuhnya jatuh
ke lantai. Sinta dan Anwar melihat, tapi mereka
terlanjur asyik dengan permainan mereka.
Mereka berdua mendekati orgasme, sebuah titik
di mana benar-benar tidak ada yang bisa
membuat mereka berhenti.
Hal terakhir yang dilihat Ponimin sebelum
meninggal adalah ketika istri dan anaknya di
meraih puncak kenikmatan bersama.
XXX
Ponimin dinyatakan meninggal karena serangan
jantung pada hari itu. Semua uang dan property
Ponimin menjadi warisan mereka. Dengan itu,
Sinta bisa pensiun dini. Ibu dan anak tersebut
menghabiskan hari-hari mereka bersama-sama
sebagai suami dan istri, bercinta terus-menerus.
Sembilan bulan telah berlalu dan Anwar berada
di ruang tunggu rumah sakit, cemas menunggu
kelahiran adik barunya / anak. Segera seorang
perawat datang kepadanya. "Bapak Anwar?" dia
bertanya.
"Ya Bagaimana ibuku? Apakah dia baik-baik?"
"Ya," kata perawat itu sambil tersenyum. "Dia
dan bayinya baik-baik saja. Anda dapat pergi dan
melihat mereka sekarang.." Dia membawanya ke
ruang tempat ibunya sedang beristirahat, bayi
baru mereka terbuai dalam pelukannya.
"Kemarilah," kata Sinta. "Lihatlah ini
an....adikmu." Dia terkikik karena hampir salah
ucap.
"Kami akan meninggalkan kalian bertiga saja,"
kata dokter. "Jika ada sesuatu yang Anda
butuhkan, tinggal tekan bel." Dia dan perawat
pergi, menutup pintu di belakang mereka.
"Bagaimana keaaan anak kita, mah?" Tanya
Anwar lembut.
"Dokter mengatakan dia sehat, tetapi lihatlah ini."
Sinta menarik diri selimut bayi.
Penis bayi itu ternyata besar. Panjangnya hampir
setengah pahanya.
"Oh Tuhan," bisik Anwar. Dia tahu perkawinan
sedarah yang dapat menghasilkan beberapa
karakteristik yang tidak biasa. Mungkin itulah
alasan penis bayi begitu besar.
"Kamu tidak cemburu, kan?" Sinta bertanya
dengan senyum menggoda.
"Tidak sama sekali," kata Anwar, memaksa
tersenyum. "Jadi penisnya akan terus tumbuh
bersama dengan usiai dia?"
"Kayaknya sih begitu," kata Sinta dengan nada
akrab yang memberi tanda kepada Anwar
bahwa dia mulai terangsang. "Mamah penasaran
akan besar apa nantinya ketika ia tumbuh
dewasa. Sekarang taruh si kecil Rafi ke
tempatnya sehingga dia dan mamah bisa
beristirahat.."
XXX
Lima belas tahun telah berlalu dan Sinta meski
telah berumur dan memliki dua anak namun
tubuhnya masih tetap kencang dan kulitnya tetap
segar. Ini karena dia selalu rajin Aerobik dan
perawatan tubuh. Begitu pula dengan hasrat
seksualnya yang tidak pernah padam.
Kehidupan seks juga dilanjutkan dengan Anwar,
tapi selama bertahun-tahun, kegembiraan mulai
memudar. Mungkin karena Anwar sekarang
lebih sring berperan sebagai suami daripada
sebagai anak. Hal ini sampai pada titik di mana ia
kadang-kadang harus berpura-pura orgasme.
Dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu
normal untuk semua hubungan jangka panjang,
tapi ia tahu kebenarannya.
Dia rindu berzinah.
Dia merindukan kegembiraan berselingkuh dari
pasangannya. Dia merindukan bagaimana
enaknya membodohi, mempermalukan dan
menghina suaminya dengan cara berzinah
dengan anaknya. Sinta telah mencoba selingkuh
dari Anwar dengan pria lain, tapi itu tidak sama
rasanya.
Suatu hari, jawabannya datang kepadanya
dalam sekejap. Dia membersihkan kamar Rafi,
karena ia dengan tegas menolak untuk
membersihkannya sendiri. Dia mencium aroma
kamar Rafi yang aneh, seperti aroma sex. Dilantai
kamar tersebut bertebaran tissue-tissue bekas
sperma. Dia menarik napas dalam, menghirup
aroma sperma yang lezat tersebut. Dia berhenti
saat merasakan sesuatu yang tersembunyi di
bawah selimut. Dia menemukan album foto dia
dan Anwar yang telah tersusun mulai dari hari
mereka akan mengungkapkan hubungan
mereka dengan Ponimin.
Foto pertama menggambarkan tubuh Sinta yang
dilumuri sperma Anwar sebagai persiapan untuk
penghinaan Ponimin waktu itu. Di saku belakang
binder album adalah tes kehamilan positif.
Melihat kembali pada lembaran tissue bekas di
kamar Rafi, ia menyadari bahwa banyak yang
masih segar. Apakah dia menyemprotkan
sperma sebanyak ini sekaligus?
XXX
Anwar kembali ke rumah dari perjalanannya ke
toko, bersemangat untuk menyenangkan
ibunya. Dia membuka pintu dan melangkah
masuk, sambil hendak memanggil nama Sinta.
Tiba-tiba Anwar mendengar suara. Dia
mengenal suara itu.
"Ohh..goyang terus! Oh, Tuhan, setubuhi
ibumu, sayang," teriak Sinta liar dari lantai atas.
Suaranya bergetar dan tersentak dengan nafsu
dan gairah seksual. Marah, Anwar menjatuhkan
belanjaan nya, berlari ke atas dan membuka
pintu kamar tidur utama. Dia tertegun dengan
apa yang dilihatnya.
Sinta berbaring telentang, telanjang, dan Rafi
sedang asyik menyodokkan batang
kemaluannya yang super besar masuk dan
keluar dari vagina ibunya. Sebuah genangan
besar dari air mani dari blowjob sebelumnya
telah memercik ke mulut dan payudara.
Anaknya / cucunya menindih di atasnya,
menjepit tangannya di atas kepalanya sambil ia
menggoyangkan pantatnya. Sinta berusaha
mengimbangi irama gerakan pantat Rafi dengan
semangat yang membuat Anwar menyadari
betapa Sinta tidak lagi puas dengan Anwar.
Dia berdiri di sana selama hampir satu menit
sebelum mereka akhirnya memperhatikan
kehadirannya. "Mah, lihat siapa yan datang," kata
Alan dengan sinis.
Sinta berbalik menghadapi suaminya, Anwar
dan mmemperlihatkan nafsu yang bergelora
dimata Sinta. Tapi ketika melihat anak/suaminya
itu berdiri di depannya, Sinta tersenyum lebar,
senyum yang sama ketika dia menunjukkan
Ponimin tes kehamilan. Dia menertawakannya,
kasihan melihat si anak/suami yang kini tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan cucu/anaknya
Rafi dalam hal keperkasaan seksual.
"Sinta," kata Anwar tersedak-sedak. "Mangapa?"
"Maafkan aku, Sayang," kata Sinta dengan suara
tidak tulus tapi mengejek. "Saya menghargai
hubungan kita tapi saya menemukan sesuatu
yang lebih ..." dia dan Rafi berbagi senyum,
"memuaskan." Mereka tertawa lepas bersama-
sama.
Mata Anwar terbelalak ketika Rafi berpindah
posisi ke belakang ibunya yang setengah
nungging kemudian ia meremas dengan kasar
payudara ibunya, sambil menghujamkan batang
kemaluannya ke lubang pantat ibunya.
"Ahh.... ohhhh.....nikmatnya, sayang," lutut
Sinta bergetar hebat menahan kenikmatan
orgasme yang entah kesekian kalinya. Tubuh
Sinta akhirnya lungkai karena lemas dan ambruk
ke kasur namun Rafi tetap menahannya
sehingga posisinya kini menjadi doggy style di
atas kasur. Rafi terus melanjutkan hujaman-
hujamannya bergantian ke lubang vagina dan ke
lubang pantat ibunya. Semakin lama gerakannya
semakin cepat. Hal ini membuat Sinta
terangsang kembali.
“ Ahhh....teruss sayang. Jangan berhenti.
Mamah udah hampir....ohhhh...” racau sinta
sambil menatap tajam Anwar yang masih
berdiri terpaku dengan mata berkaca-kaca
dihadapan mereka.
“ Rafi juga mau keluar, mah...eh..eh...eh. Rafi
keluarin di dalem ya, mah?” tanya rafi tanpa
memperlambat goyangannya.
“Jangan, sayang...ahh...Tunjukan kepada
kakakmu seperti apa lelaki perkasa itu, sayang.”
Pinta Sinta sambil terengah-engah menahan
nikmat.
“ Oke, mah.” Rafi langsung mencabut penisnya
dari lobang pantat ibunya dan
menghadapkannya ke wajah Anwar yang masih
berdiri shock dengan mulut ternganga.
“Arghhhhhh.........rasakan ini! Tiba-tiba
menyemburlah lahar panas dari ujung kemaluan
Rafi. Semprotannya sangat kuat menuju ke
udara tepat ke wajah Anwar. Beberapa
tembakan pertama tepat masuk ke mulut Anwar
yang masih ternganga.
Anwar yang tidak siap menerima semprotan
tersebut kembali shock dan akhirnya tubuhnya
lunglai jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.
Wajahnya belepotan penuh dengan air mani
adik/anaknya sendiri. Melihat Anwar yang sudah
terkapar tidak berdaya dengan wajahnya yang
belepotan air mani, Sinta dan Rafi tertawa
terpingkal-pingkal. Kemudian Sinta bangun dari
tempat tidurnya menuju ke Anwar yang
tergeletak. Ia lalu berjongkok tepat diwajahnya
dan mengencinginya sambil terkekeh-kekeh.
Mereka kembali tertawa puas dengan kelakuan
mereka dan akhirnya karena kecapaian mereka
tidur pulas bersama ditempat tidur sementara
Anwar dibiarkan begitu saja tergeletak apa
adanya.


Adult | GO HOME | Exit
1/5507
U-ON

inc Powered by Xtgem.com